Jumat, 03 Februari 2012

PENGOLAHAN NATA DE COCO

ASPEK PRODUKSI

Di pasaran, nata de coco sering diminta dalam bentuk lembaran, bentuk kubus kecil-kecil/dadu dalam keadaan  tawar atau sudah dalam keadaan manis larutan gula atau syrup. Bentuk lembaran dan kubus-kubus kecil/dadu tawar biasanya diminta oleh produsen/pengusaha lain untuk diolah kembali. Dengan kata lain nata de coco lembaran dan kubus-kubus kecil/dadu tawar sebagai bahan baku proses produksi nata de coco dalam syrup dan juga dalam pembuatan puding. Bila nata de coco ingin dipasarkan dalam keadaan tawar maka, nata de coco tersebut harus dipotong terlebih dahulu, lalu direbus kembali dengan air bersih hingga mendidih dan dalam keadaan panas segera dilakukan pengemasan dalam kantung plastik dan diikat rapat dan didinginkan. Sedangkan nata de coco dalam syrup siap untuk dikonsumsi harus melalui beberapa proses: pembuatan syrup; pencampuran nata de coco dan bahan lain; pengemasan dan pengepakan.


Berikut beberapa gambar tentang nata de coco :





 


Gambar ini adalah bibit starter untuk pembuatan nata








Gambar ini adalah nata de coco dalam bentuk lembaran










Gambar ini adalah nata yang telah di potong untuk dikemas, dijadikan puding maupun untuk di buat sirup.












Gambar ini adalah nata yang sudah di kemas dam berbagai bentuk kemasan.







Gambar ini adalah gambar minuman yang dicampur dengan nata de coco.









Gambar ini adalah gambar puding kiwi yang dicampur dengan nata de coco.











Minggu, 29 Januari 2012

Kandungan gizi nata de coco

 Kandungan Gizi Nata

  • Menurut penelitian dari Balai Mikrobiologi, Puslitbang Biologi LIPI, di dalam 100 gram nata de coco terkandung nutrisi, antara lain : kalori 146 kal; lemak 20 g; karbohidrat 36,1 mg; Ca 12 mg; Fosfor 2 mg; dan Fe 0,5 mg. Nata juga mengandung air yang cukup banyak (sekitar 80%), namun tetap dapat disimpan lama (diakses dari http://jatim.litbang.deptan.go.id).
  • Kandungan gizi nata yang dihidangkan dengan sirup adalah sebagai berikut: 67,7 persen air, 0,2 persen lemak, 12 mg kalsium, 5 mg zat besi, 2 mg fosfor, vitamin B1, protein, serta hanya 0,01 mikrogram riboflavin per 100 gramnya.
Beberapa tindakan fortifikasi dengan vitamin (niasin, riboflavin, vitamin B1, dan vitamin C) dan mineral (kalsium dan fosfor), telah dilakukan untuk meningkatkan nilai gizinya. Bahan-bahan tambahan ini stabil pada suhu kamar selama 11 bulan atau lebih.

Karena kandungan gizi (khususnya energi) yang sangat rendah, produk ini aman untuk dimakan oleh siapa saja. Produk ini tidak akan menyebabkan gemuk, sehingga sangat dianjurkan bagi mereka yang sedang diet rendah kalori untuk menurunkan berat badan. Keunggulan lain dari nata de coco adalah kandungan serat (dietary fiber)-nya yang cukup tinggi, terutama selulosa.

Tanpa adanya serat dalam makanan, kita akan mudah mengalami gejala sembelit atau konstipasi (susah buang air besar), wasir, penyakit divertikulosis, kanker usus besar, radang apendiks, kencing manis, jantung koroner, dan kegemukan (obesitas). Dengan adanya serat dari nata de coco atau bahan pangan lainnya, proses buang air besar menjadi teratur dan berbagai penyakit tersebut dapat dihindari.

Walaupun nata de coco rendah kandungan gizinya, cara mengonsumsi yang salah dapat menyebabkan kita menjadi gemuk. Proses menjadi gemuk tersebut tidak disebabkan oleh nata de coco itu sendiri. Penyebabnya adalah sirup yang terlalu manis atau bahan pencampur lainnya. Oleh karena itu, hindari mengonsumsi nata de coco dengan campuran sirup yang terlalu manis atau bahan-bahan lain yang kaya kalori (diakses dari http://www.kompas.com/).

Asal Nata de coco

Pengertian Nata

  • Kata nata berasal dari bahasa Spanyol yang berarti krim. Nata diterjemahkan ke dalam bahasa Latin sebagai 'natare' yang berarti terapung-apung. Nata dapat dibuat dari air kelapa, santan kelapa, tetes tebu (molases), limbah cair tebu, atau sari buah (nanas, melon, pisang, jeruk, jambu biji, strawberry dan lain-lain). Nata yang dibuat dari air kelapa disebut nata de coco. Di Indonesia, nata de coco sering disebut sari air kelapa atau sari kelapa. Nata de coco pertama kali berasal dari Filipina. Di Indonesia, nata de coco mulai dicoba pada tahun 1973 dan mulai diperkenalkan pada tahun 1975. Namun demikian, nata de coco mulai dikenal luas di pasaran pada tahun 1981.
Nata diambil dari nama tuan Nata yang berhasil menemukan nata de coco. Dari tangan tuan Nata, teknologi pembuatan nata mulai diperkenalkan kepada masyarakat luas di Philiphina. Pada saat ini, Filiphina menjadi negara nomer satu di dunia penghasil nata. Nat de coco dari Filiphina banyak diekspor ke Jepang.
Nata de coco merupakan produk makanan yang dihasilkan dari air kelapa yang mengalami proses fermentasi dengan melibatkan bakteri Acetobacter xylinum, sehingga membentuk kumpulan biomassa yang terdiri dari selulosa dan memiliki bentuk padat, berwarna putih seperti kolang-kaling sehingga sering dikenal sebagai kolang-kaling imitasi.
(diakses dari http://jatim.litbang.deptan.go.id/).

Pemberian nama untuk nata tergantung dari bahan baku yang digunakan. Nata de pinna untuk yang berasal dari nanas, nata de tomato untuk tomat, serta nata de soya yang dibuat dari limbah tahu (diakses dari http://www.kompas.com/).